Translasi atau translation adalah proses pernyataan
kembali informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. Isu
kurs dikombinasikan dengan berbagai metode translasi yang dapat digunakan dan
perlakuan “Laba/Rugi” translasi yang berbeda membuat perbandingan hasil-hasil
laporan keuangan dari satu perusahaan ke perusahaan lain atau perusahaan yang
sama dalam periode yang berbeda menjadi hal yang sulit. Translasi tidak sama
dengan konversi, yang adalah pertukaran dari satu mata uang kemata uang lain
secara fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti halnya
sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam
nilaiekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkaityang terjadi seperti bila dilakukan konversi. Suatu mata uang
asing dapat berdeniominasi dalam satu mata uang asing, tetapi diukur atau
dicatat dlam mata uang lain.
Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu
perusahaan memberi atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam
suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam
mata uang asing.Berdasarkan konsep mata uang fungsioanal yaitu, mata uang
fungsional dari suatu entitas adalah mata uang yang berlaku di wilayah
operasional utama perusahaan dan menghasilkan arus kas. Dengan demikian suatu
transaksi mata uang asing dapat berdominasi dalam suatu mata uang, tetapi di
ukur atau di catat dalam mata uang yang lain.
FAS No. 52, pernyataan standar akuntansi untuk mata uang
asing yang wajib diterapkan di AS, mengharuskan perlakuan berikut ini untuk
translasi mata uang asing :
1.
Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap
aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau
kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan dicatat dalam mata
uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs
nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.
2.
Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo yang
berdenominasi dalam suatu mata uang harus selain mata uang fungsional
perusahaan yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs
nilai tukar terkini.
Penyesuaian kurs nilai tukar valuta asing (yaitu
keuntungan atau kerugian atas transaksi yang terjadi) perlu dibuat pada saat
terjadi perubahan kurs nilai tukar di antara tanggal transaksi dan tanggal
penyelesaian. Apabila laporan keuangan disusun sebelum penyelesaian transaksi,
penyesuaian akuntansi (yaitu keuntungan atau kerugian atas transaksi yang belum
diselesaikan) akan sama dengan perbedaan antara jumlah yang awalnya dicatat dan
jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam transaksi mata uang asing
terdapat dua perlakuan akuntansi atau keuntungan dan kerugian transaksi yang
dapat diterapkan yaitu :
1.
Perspektif Transaksi Tunggal : Penyesuaian
nilai tukar (baik yang sudah diselesaikan maupun yang belum diselesaikan )
diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap akun–akun transaksi yang awal
berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesainnya merupakan peristiwa
tunggal.
2.
Perspektif Dua Transaksi : Penagihan piutang
dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan
timbulnya piutang tersebut .
FAS no 52 mengharuskan penggunaan metode dua transaksi
untuk mencatat transaksi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian dari
transaksi yang sudah selesai dan belum diselesaikan dimasukkan dalam penentuan
laba.Pengecualian utama terhadap ketentuan ini terjadi apabila :
1.
Penyesuaian nilai tukar berkaitan dengan
transaksi antar perusahaan jangka panjang tertentu.
2.
Transaksi tersebut dimaksudkan dan berfungsi
efektif sebagai lindung nilai atas investasi (yaitu lindung nilai
terhadap posisi aktiva/kewajiban bersih operasi luar negeri) dan komitmen mata
uang asing.
Perusahaan yang beroperasi secara internasional
menggunakan berbagai metode untuk menyatakan laporan keuangannya dalam mata
uang asing menjadi mata uang domestik. Metode translasi ini terdiri dari
dua jenis yaitu :
1.
Metode Kurs Tunggal
Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan
kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya
ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat
pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata
tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan
metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan
keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (seperti rasio keuangan) pada
saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan
dengan menggunakan satu kurs tunggal.
Metode kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam
mata uang lokal menghadapi risiko nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah
seluruh aktiva kini luar negeri setiap terjadi perubahan nilai tukar. Nilai
persediaan dan aktiva tetap didukung oleh inflasi lokal.Dengan mentranslasikan
seluruh saldo dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan
keuntungan dan kerugian translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai
tukar. Kebanyakan keuntungan dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi
penuh.
2.
Metode Kurs Berganda
Metode ini menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs
nilai tukar kini dalam proses translasi. Metode ini terbagi atas tiga metode
yaitu :
a.
Metode kini - non kini (lancar-tidak lancar)
Aktiva lancar dan kewajiban lancar anak perusahaan luar
negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya
berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar ditranslasikan
berdasarkan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali depresiasi dan
amortisasi) ditranslasikan sebesar kurs rata-rata yang berlaku. Beban
depresiasi dan amortisasi ditranslasikan sebesar kurs historis yang tercatat
saat aktiva tersebut diperoleh.Metode ini tidak mempertimbangkan unsur
ekonomis.
b.
Metode Moneter - Non Moneter
Menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan kurs
klasifikasi translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos - pos non moneter aktiva tetap investasi
jangka panjang dan persediaan investor di translasikan dengan menggunakan kurs
historis. Pos - pos laporan laba rugi di translasikan dengan menggunakan
prosedur yang sama dengan konsep kini - non kini.
Metode ini melihat bahwa aktiva dan kewajiban menghadapi
risiko mata uang asing. Metode moneter-nonmoneter bergantung pada klasifikasi
skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat
menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini mentranslasikan seluruh aktiva
nonmoneter berdasarkan kurs historis,yang tidak cukup memadai untuk aktiva yang
dinyatakan sebesar nilai pasar kininya (seperti investasi dalam surat berharga
dan persediaan dan aktiva tetap yang nilainya diturunkan menjadi sebesar nilai
pasar). Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan
penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang
diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi historis.
c.
Metode Temporal
Translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau
penyajian ulang niai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang
diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam
mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang dominasi pos-pos tersebut, tetapi
bukan penilaian sesungguhnya. Kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada
tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan
akan diterima atau akan dibayarkan pada saat jatuh temponya. Aktiva dan
kewajiban lain-lain diukur sebesar harga uang saat pos-pos tersebut diakuisisi
atau terjadi (harga historis). Namun demikian, beberapa pos diukur sebesar
harga yang terjadi per tanggal laporan keuangan (harga kini), seperti
persediaan berdasarkan aturan mana yang lebih rendah antara biaya perolehan
atau harga pasar.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas,
piutang dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos pendapatan dan
beban ditranslasikan sebesar kurs yang terjadi pada saat transaksi berlangsung.
Metode temporal memiliki keuntungan dan kerugian yang sama dengan metode
moneter nonmoneter karena sengaja mengabaikan inflasi local, metode ini
memiliki keterbatasan dengan metode translasi lain.Akuntansi biaya historis
juga mengabaikan inflasi.
Ketiga metode yang digunakan yaitu pertama metode kurs
kini-non kini dan moneter-non moneter di gunakan dalam mengindentifikasi aktiva
dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat dilindungi dari resiko mata uang
asing.
a.
Metode kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh
operasi luar negeri menghadapi risiko mata uang asing karena seluruh aktiva dan
kewajiban ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar akhir tahun.
b.
Metode kini-nonkini mengasumsikan hanya aktiva
dan kewajiban lancar yang sangat beresiko, sedangkan metode moneter-nonmoneter
mengasumsikan bahwa aktiva dan kewajiban moneter yang beresiko.
c.
Metode temporal dirancang unutk mempertahankan
dasar teori pengukuran akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan
yang hendak ditranslasikan.
Nama : Muthia Nurul Karina
NPM : 24210875
Kelas : 4EB22
Referensi:
Frederick D.S.Choi, Gary K.Meek, International Accounting, Pearson Education – Prentice
Frederick D.S.Choi, Gary K.Meek, International Accounting, Pearson Education – Prentice
Tidak ada komentar:
Posting Komentar